cursor

]]>

Sunday, November 11, 2012

Lingkungan sekitar : Kali (Sungai) Sape Penuh Kenangan


Cirebon adalah salah satu kota yang berada di wilayah Jawa Barat, kota pesisir ini juga sering disebut sebagai kota udang. Bukan karna selalu tercium bau amis hewan laut tersebut, tetapi karna kota ini menjadi salah satu penghasil terasi di Jawa Barat. Banyak sekali sungai yang melewati wilayah kota Cirebon, yaitu sungai Kalibaru, sungai Cipager, dan sungai Sape. Dari keempat sungai yang telah disebutkan sebelumnya, sungai yang memiliki jarak tempuh paling dekat (sekitar 100 m ) dari rumah saya adalah sungai Sape. 
 
Kepiting dari sungai Sape

Ikan boncel dari sungai Sape

Ikan sepat yang adik saya dapatkan setelah banjir
Sungai Sape tahun 2010

Dulu..  Menurut bapak saya, pada tahun 80-an "sungai ini masih jernih airnya, sering digunakan untuk MCK, memandikan ternak, dan memancing. Belum juga di bangun tanggul karena pada masa ini jarang sekali terjadi banjir. Banyak sekali hewan air yang hidup disungai ini, seperti ikan betik, ikan sepat, ikan boncel, kura- kura sawah, capung, ular, tikus, belut, bahkan biawak masih sering ditemukan disekitar sungai (saya ingat, waktu itu bapak bercerita sangat antusias). Aliran sungai juga tidak terlalu deras sehingga anak- anak dapat bermain air dan berenang. Dulu sungai ini adalah sumber makanan, karena setiap pulang sekolah selalu mencari belut untuk lauk makan, tetapi sekarang jangankan mendapatkan belut, untuk mendapatkan ikan boncel saja susahnya minta ampun. Dulu, sungai ini tidak terlalu dalam atau ‘cetek’ kira- kira 1 meter, hanya saja saat hujan deras menjadi lebih dari 1 meter dalamnya”.
Sungai Sape atau yang sering dikenal dengan kali Sape oleh masyarakat sekitar ini merupakan anak dari sungai Ciliwung. Sungai Sape adalah ‘first order’ atau urutan cabang anak sungai yang paling dekat dengan laut dan tidak memiliki cabang lagi. Sungai Sape ini bermuara ke laut utara Jawa. Pada bulan Mei 2010, pengamatan dan pengambilan air sampel dari sungai Sape saat di hitung pHnya menggunakan indikator pH Metyl Oren (>4,4) dan Metyl merah (>6,2) menunjukkan trayek pH antara 6,2 sampai 8,0. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi air sungai adalah asam (Indikator pH merupakan zat bisa suatu asam atau basa lemah, yang akan berubah warna jika pH berubah pada kisaran tertentu ). Saya belum pernah mengukur panjang dari sungai Sape, tapi sepengetahuan saya, sungai ini membentang dari Pecilon (salah satu nama pemukiman) sampai Pilang Raya (nama pemukiman juga). Hmm.. jadi kira- kira panjangnya ratusan meter. Lebar sungai ini rata- rata 4 meter (tahun 2009). Mungkin tahun- tahun sebelumnya sungai ini memiliki lebar yang lebih dari itu.

 
Kini.. Lebar sungai Sape berkurang karena pada musim hujan sering terjadi kelongsoran tanah di tanggul, akibat dari hujan antara lain adalah banjir (pada tahun 2008 terjadi banjir sampai setinggi lutut dan pada awal tahun 2011 kemarin Cirebon dilanda banjir sampai 1 meter dalamnya à di salah satu perumahan), pendangkalan sungai karena tanah longsor mengendap. Terjadinya banjir yang membuat repot pada tahun 2011 kemarin mungkin dikarenakan pembangunan gedung bertingkat yang tidak di sertai dengan vegetasi dan penataan saluran air yang benar. Seringkali saya melihat di mall dan hotel, ada saluran air bohongan yang ternyata memiliki ujung yang buntu (harusnya di alirkan ke sungai atau parit).  
Sekarang tidak bisa melihat anak- anak berenang dan bermain di sekitar sungai karena telah dibuat tanggul disepanjang sungai (tingginya 1,5 meter). Hasil pancingan juga tidak sebanyak dulu, kalau mau dapet banyak ya harus menunggu berjam- jam. Susah untuk mendapat belut, kura- kura, ikan, meskipun pada tanah disekitar sungai terdapat banyak cacing. Sampah rumah tangga juga banyak yang di buang di sekitar sungai, paddahal di salah satu tanggul disediakan tempat pembuangan sampah
Tanggul (pada gambar di sisi kanan)

Adik saya dan teman- temannya duduk di atas beton di atas sungai

Pohon pisang yang ditanam di tanggul

Tanggul dan rumah dis eberang sungai

Tanah dibalik tanggul, oleh penduduk ditanami pohon- pohonan seperti jati, petai cina, manding, talas, pisang, dll. Ada juga tumbuhan yang tumbuh sendiri seperti kersen, rumput liar, dll. Ada beberapa penduduk yang masih memanfaatkan air sungai  ini untuk buang air besar. Khususnya penduduk marginal yang tinggal dekat pembuangan sampah. Miris sekali kan.. padahal air sungai Sape sudah makin keruh dan bau. Di sungai Sape banyak sekali tumbuhan eceng gondok, saking banyaknya, ada penduduk sekitar yang memanfaatkannya untuk membuat kerajinan tangan. Pertumbuhan eceng gondok yang tinggi disebabkan karena cemaran bahan organik di sungai Sape yang berasal dari limbah rumah tangga, seperti sisa sayur, detergen juga dapat membuat tanaman air ini tumbuh subur. Landainya tanah di balik pinggiran  sungai ini, sering dimanfaatkan oleh penggembala kambing untuk menggembalakan ternaknya, karena disini banyak sekali rumput untuk pakan ternak. 
Tempat pembuangan sampah (bagian kiri gambar), jembatan beton, jembatan kendaraan yang berada di atas sungai

Bagian permukaan sungai yang masih terlihat airnya

Eceng gondok hampir menutup seluruh permukaan sungai Sape

Eceng gondok yang di jemur penduduk

Sungai 'eceng gondok'

Sampai saat ini sungai Sape masih berperan sebagai saluran pembuangan menuju laut, tetapi melihat kondisinya sekarang, sungguh memprihatinkan. Sungai yang dulu ‘baik’ kini sedang meradang sakit akibat ulah manusia. Mungkin untuk 20 tahun mendatang, jika pemerintah daerah kotaku tercinta belum turun tangan untuk mengeruk tanah dan membetulkan tanggul yang rusak, sungai ini hanya tinggal nama. Mungkin juga akan menjadi ‘lembah’ yang subur karena tempat ini dulunya adalah sungai dengan bermacam makhluk yang bergantung padanya.
Laut Jawa sebagai muara sungai


 Sudah lama saya tidak mendengar lagi kabar tentang sungai Sape.. "Bagaimana kabar sungaimu..??" 


Sumber data : http://yveechi.blogspot.com/2012/04/indikator-asam-basa-ph.html, http://en.wikipedia.org/wiki/Cirebon, http://kepalabatu.finddiscussion.com/t26-sungai, wawancara bapak, dan dokumen pribadi.
Fotografer : adik tercinta dan saya sendiri.

1 comment: